Sabtu, 02 Desember 2017

Energi Asia : Nyalakan Jiwanya, Indonesia Bisa!

Sepucuk Surat Untuk Membela Indonesia di Tahun 2018




Kepada Republik Indonesia,

Masihkah kau lihat perbedaan sebagai alasan tak hendak berteman? Masihkan ada kebencian dan sikap saling maki?
Jika “Iya”! Saya yakin itu bukan kita! Bukan Indonesia!

Kita sebagaimana Bung Karno dan Bung Hatta, selayaknya Bung Tomo dan Ki Dewantara. Kita adalah apa yang di manifestasikan para pendahulu Republik. Bhinneka Tunggal Ika, Berbeda yang Satu. Bangsa ini lahir karena semangat kolektif untuk bersatu melawan penindasan dan penjajahan yang ada. Bangsa ini lahir karena semangat untuk membangun dunia baru yang tanpa penindasan. Sejalan seperti Asia baru menurut Guru Dutt Sondhi, bahwa kekuasaan Asia tidak ditunjukan oleh kekuatan dan kekerasan, namun sikap saling pengertian. Untuk itu Republik, kita bersama  - sama merayakannya!! Sikap saling pengertian itu, melalui Asian Games!

Sebagai sebuah bangsa yang besar, Asia kembali merayakan keberagaman dan kebersamaan dengan gelaran Asian Games yang ke 18. Perayaan Kompetisi Olahraga paling akbar di Asia ini kembali di gelar di Jakarta, ditambah dengan Palembang. Rumah kita! Hal ini seperti mengulang apa yang telah terjadi 55 tahun yang lalu, tepatnya pada 1962. Kala itu, Asian Games dijadikan sebagai pembangunan karakter dan bangsa (Nation and Character Building Indonesia) oleh Sang Proklamator. Saat ini, Asian Games juga tidak hanya berbicara tentang olahraga saja, tapi juga tentang peningkatan ekonomi, infrastruktur publik, hingga sikap tidak membeda – bedakan. Menurut Nelson Mandela (2010), Olahraga memiliki kekuatan yang dapat mengubah dunia. Lebih dari itu, bahkan kekuatan untuk menginspirasi, dia memiliki kekuatan untuk mempersatukan bangsa dengan cara yang tidak bisa dilakukan yang lainnya.

Kelak, pada 18 Agustus 2018 nanti kita kan menjadi saksi. Ribuan orang, dari sungai Indus hingga sungai Kapuas, dari Himalaya hingga Jayawijaya, dari samudera Artik hingga Pasifik, berdatangan menjawab tantangan.  Menjadi energi Asia, menggelorakan semangat, meneriakkan persatuan. Ya, kita sebagai satu, Bangsa Asia. Menjawab konsep kesatuan yang majemuk.
Republik Indonesia, engkau berada dalam kilauan keragaman suku bangsa dan budaya. Engkau satu dari keberagaman yang ada. Jangan risau, petani, TNI, nelayan, pedagang, hingga pejabat publik siap membantu mu. Kita tunjukan, kalau kita juga nyala dalam Energi Asia yang kelak menerangi jiwa persatuan. Jiwa yang sudah 72 tahun lebih kita rawat, sebagai Bhinneka Tunggal Ika, jawaban atas kegalauan sebagian masyarakat hari – hari ini.

Jikalau kegalauan sebagian masyarakat pada hari – hari ini belum juga hendak pergi, ijinkan kami menjadi yang paling optimis. Ya, biar saya dan yang sebagian menjadi jauh lebih optimis dalam memperjuangkan keberagaman yang manis. Kami yang juga tani, yang juga TNI, atau sekedar diri siap berdiri. Demi Republik rumah kami di didik. Mari kita titipkan perjuangan kepada duta terbaik bangsa, dari perahu naga hingga sepak bola, dari bulu tangkis hingga kegiatan atletik. Kepada Tontowi Ahmad juga Egi Maulana, juga ratusan atlet lainnya. Kami bangga akan kebesaran dan semangat pantang menyerah.

Republik, kami akan dukung hingga perjuangan paling ujung. Untuk itu, perjuangan ini bukan untuk menutut kemenangan, tapi kebangaan sebagai bangsa yang besar.

Republik, mungkin saya dianggap sebagai pemimpi
 Tapi saya bukan satu – satunya pemimpi
Mari kita menjadi Indonesia, Menjadi Energi Asia

Salam Menyala,



Reynaldi Pradipta

Jumat, 20 Oktober 2017

Merawat Kenangan bersama prelo


Jika saatnya tiba, sedih akan menjadi tawa, perih akan menjadi cerita, kenangan akan menjadi guru, rindu akan menjadi temu, kau dan aku akan menjadi kita (Fiersa Besari)



Apa yang lebih abadi daripada kenangan? Sekuat apapun kita berusaha melupakannya, sehebat apapun kita menjauhinya, sadari dan terima lah, kenangan itu akan selalu ada. Tersimpan rapi dalam pikiran kita. Tetiba saya terlintas untuk menulis kenangan ketika diminta untuk membuatkan suatu tulisan terkait pengalaman menjadi prelo  students partners Yogyakarta. Ide ini dipicu sebuah photo yang di posting seorang kawan di instastory nya, kurang lebih isi  nya terkait cerita tentang kakek dan nenek yang bisa hidup lama dan awet. Rahasianya adalah, karena mereka hidup di zaman dimana ketika suatu hal rusak, itu harus diperbaiki. Bukan dibuang begitu saja dan dengan mudah diganti yang baru. Tuh, terus hubungannya dengan merawat kenangan apa? Ya itu, kenangan jangan dibuang, apalagi dihilangkan, mari merawat kenangan bersama prelo.

Apa itu prelo?
Prelo adalah start up yang berbasis di Bandung, mulai hadir pada akhir tahun 2015 dan resmi diluncurkan pada bulan Januari tahun 2016 lalu. Main business-nya sih platform jual beli barang bekas berbasis aplikasi, tapi Prelo juga memiliki program Prelo Student Partners, semacam program untuk memfasilitasi dan mengedukasi anak-anak muda kreatif yang tertarik di bidang bisnis teknologi.

Berbeda dengan start up lain, Prelo tidak hanya mengedepankan kemandirian ekonomi dan teknologi, melainkan juga concern terhadap isu-isu lingkungan. “Napas” start up yang digawangi anak-anak muda Bandung ini justru digerakkan oleh keinginan untuk ikut berkontribusi dalam menangani masalah lingkungan itu tadi, terutama sampah. Sesuai dengan filosofi yang terkandung dalam huruf “P” di logonya (bentuk lingkaran yang diadaptasi dari Universal Recycling Symbol), Prelo ingin agar barang-barang second yang tadinya bisa saja berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Dengan begini, tiga tujuan bisa dicapai hanya dengan satu langkah.

Nah, disini saya dan teman – teman PSP Yogyakarta lainnya seperti menjadi ranger untuk Prelo di lingkungan kampus kami masing – masing dan Yogyakarta secara umum. Adapun yang menjadi PSP Yogyakarta adalah Klaudius Liasta (UGM), Dita Arafanti (UGM), Barru Tri Prayogo (UGM), Amalia Ichsani (UGM), Sofiati Mukrimah (UII), Fitriyadi Ramadhan (YKT), dan saya Reynaldi Pradipta (UII). Lalu apa kerjaan kami? Banyak si, tapi intinya memperkenalkan dan mengulas terkait Prelo. Dan ada sesuatu yang menarik selama saya menjadi PSP Yogyakarta, sebagai sebuah start up yang digawangi banyak jiwa muda, saya merasakan sebuah energy positif yang terus memacu untuk terus ber-inovasi dan berkreasi.


Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it (Steve Jobs)

Jumat, 22 September 2017

Jual lah 'Mantan' pada tempatnya!

Setelah hampir tujuh purnama gak posting apa - apa (kurang lebih seumuran AADC lah ya), Alhamdulillah dapet alasan untuk nulis lagi dan akhirnya bisa di posting disini. Ah namanya juga manusia kan? hidupnya harus penuh keterpaksaan. Malah curhat, hhihii

Jual lah 'Mantan' pada tempatnya? mantan yang mana? kalau jadian 1 - 2 bulan katanya belum bisa dibilang mantan. Ah sudahlah, ini bukan bahas spesies mantan yang sejenis itu. Ini lain dari yang lain. Tapi, supaya lebih terlihat akademis sedikit, mari kita telaah mantan dari segi bahasa.

Menurut KBBI di laman Kemendikbud.go.id, mantan adalah bekas (pemangku jabatan, kedudukan, dan sebagainya). Tapi, sebagian lainnya mendefinisikan mantan sebagai kenangan semu yang indah. Sebagian yang lain menganggap mantan sebagai tulang rusuk yang pernah kita pinjam dari orang lain. Untuk sebagian extrimis sayap kiri, mantan dianggap sebagai CD bolong yang walaupun sudah rusak, tetep masih bisa buat kita nyaman. Kok balik lagi kesana yaa..

*maaf

Jadi mantan disini maksudnya adalah mantan barang - barang yang pernah kita miliki. Sebagai seorang pejuang di tanah sebrang, tentu hal yang pertama kita lakukan pas pindah domisili adalah nyari tempat tinggal sementara dan perabotannya. Nah, ini yang saya alami saat awal pindah. Saat pertama pindah ke Yogyakarta dari Tasikmalaya, banyak banget barang yang kita beli, termasuk kadang barang - barang fashion. Kan gak mungkin juga bawa banyak barang dari kota asal ke kota rantau (apalagi mindahin kenangan *eh).

Namun, kadang saking senangnya belanja, beli ini itu, kita lupa! untuk apa barang ini, kapan pakai barang itu? sampai akhirnya barangnya masuk lemari kesayangan bersama jajaran mantan lainnya #byemantan. Kalau dipikir sayang juga kan, daripada gak terpakai, apalagi dibuang. Kenapa gak kita manfaatkan mantan - mantan kita? *tawajahat


Kebetulan kali ini saya mau sedikit review salah satu marketplace buatan anak bangsa yang jadi tempat untuk jual mantan - mantan kita, namanya Prelo.

Apa sih Prelo? Prelo adalah web dan aplikasi jual beli barang bekas berkualitas buatan anak bangsa dengan fitur - fitur khas. Salah satunya adalah fitur untuk tawar - menawar. Dimana pembeli bisa menawar secara langsung barang yang diinginkannya. Selain itu, Prelo menjamin barang - barang yang dijual berkualitas dan asli, NO KW. Kapan lagi bisa belanja barang bekas dengan jaminan asli? Skuy cek tkp...

Eh gimana? udah minat jual mantan di Prelo? Oh iya, Prelo bisa kita akses melalui web di www.prelo.co.id atau download aplikasinya untuk android maupun Ios. 

Mau belanja? dapet diskon? kalian bisa masukin kode refferal saya, PSP_PRO. Dijamin deh langsung dapet diskon. Lumayan kan..

Jadi? masih mau nyimpen mantan?


Reynaldi H. Pradipta
Prelo Student Partners