Jumat, 20 Oktober 2017

Merawat Kenangan bersama prelo


Jika saatnya tiba, sedih akan menjadi tawa, perih akan menjadi cerita, kenangan akan menjadi guru, rindu akan menjadi temu, kau dan aku akan menjadi kita (Fiersa Besari)



Apa yang lebih abadi daripada kenangan? Sekuat apapun kita berusaha melupakannya, sehebat apapun kita menjauhinya, sadari dan terima lah, kenangan itu akan selalu ada. Tersimpan rapi dalam pikiran kita. Tetiba saya terlintas untuk menulis kenangan ketika diminta untuk membuatkan suatu tulisan terkait pengalaman menjadi prelo  students partners Yogyakarta. Ide ini dipicu sebuah photo yang di posting seorang kawan di instastory nya, kurang lebih isi  nya terkait cerita tentang kakek dan nenek yang bisa hidup lama dan awet. Rahasianya adalah, karena mereka hidup di zaman dimana ketika suatu hal rusak, itu harus diperbaiki. Bukan dibuang begitu saja dan dengan mudah diganti yang baru. Tuh, terus hubungannya dengan merawat kenangan apa? Ya itu, kenangan jangan dibuang, apalagi dihilangkan, mari merawat kenangan bersama prelo.

Apa itu prelo?
Prelo adalah start up yang berbasis di Bandung, mulai hadir pada akhir tahun 2015 dan resmi diluncurkan pada bulan Januari tahun 2016 lalu. Main business-nya sih platform jual beli barang bekas berbasis aplikasi, tapi Prelo juga memiliki program Prelo Student Partners, semacam program untuk memfasilitasi dan mengedukasi anak-anak muda kreatif yang tertarik di bidang bisnis teknologi.

Berbeda dengan start up lain, Prelo tidak hanya mengedepankan kemandirian ekonomi dan teknologi, melainkan juga concern terhadap isu-isu lingkungan. “Napas” start up yang digawangi anak-anak muda Bandung ini justru digerakkan oleh keinginan untuk ikut berkontribusi dalam menangani masalah lingkungan itu tadi, terutama sampah. Sesuai dengan filosofi yang terkandung dalam huruf “P” di logonya (bentuk lingkaran yang diadaptasi dari Universal Recycling Symbol), Prelo ingin agar barang-barang second yang tadinya bisa saja berakhir di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi. Dengan begini, tiga tujuan bisa dicapai hanya dengan satu langkah.

Nah, disini saya dan teman – teman PSP Yogyakarta lainnya seperti menjadi ranger untuk Prelo di lingkungan kampus kami masing – masing dan Yogyakarta secara umum. Adapun yang menjadi PSP Yogyakarta adalah Klaudius Liasta (UGM), Dita Arafanti (UGM), Barru Tri Prayogo (UGM), Amalia Ichsani (UGM), Sofiati Mukrimah (UII), Fitriyadi Ramadhan (YKT), dan saya Reynaldi Pradipta (UII). Lalu apa kerjaan kami? Banyak si, tapi intinya memperkenalkan dan mengulas terkait Prelo. Dan ada sesuatu yang menarik selama saya menjadi PSP Yogyakarta, sebagai sebuah start up yang digawangi banyak jiwa muda, saya merasakan sebuah energy positif yang terus memacu untuk terus ber-inovasi dan berkreasi.


Your work is going to fill a large part of your life, and the only way to be truly satisfied is to do what you believe is great work. And the only way to do great work is to love what you do. If you haven’t found it yet, keep looking. Don’t settle. As with all matters of the heart, you’ll know when you find it (Steve Jobs)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar